nuffnang

Carian Blog

Dengar Bacaan Al-Quran

Khamis, 4 April 2013

Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW




(dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT).


Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”
“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”


Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”


Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas
Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali:
“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. "

"Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. "

"Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya
“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”

Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.
Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”

Cara Iblis Menggoda
“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah mahluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata – kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.


Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalamdirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”

10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“10 macam”

“Apa saja?”

“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”
Allah berfirman,

“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk
maksiat sebagai saudaraku.”

Allah berfirman,

“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).

“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.

Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”

Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.

Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!
Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.

Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :

“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)

juga membaca,

“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:
“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”

Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.

Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat setidak-setidaknya membuat hidup ini lebih nyaman dan membuat tempat serta lingkungan kita lebih aman.


Allahualam bi shawab


Lahaula walaquata illabillahi 'aliyuladziim..

Ahad, 31 Mac 2013

Empat Asas Utama Lahirkan Umat Bersifat Mulia


Perlaksanaan Undang-undang Pastikan Kehidupan Tersusun

Undang-undang di cipta untuk menjadikan kehidupan manusia sentiasa dalam keadaan tersusun dan sistematik. Di ciptakan undang-undang jalan raya, pusat pengajian, perniagaan, hiburan, jabatan awam dan swasta adalah untuk mencorakkan system kehidupan yang stabil.

Namun segala undang-undang ini tidak memadai untuk memdidik tabiat manusia yg gemar malanggar peraturan yang di tetapkan. Segala undang-undang di cipta tidak mencapai matlamat secara menyeluruh kerana ia bersifat luaran semata-mata tanpa didikkan dalaman.

Undang-undang ini hanya berperanan kepada masyarakat umum sahaja, manakala peranan individu penting utk merealisasikannya. Kita mendapati kekuatan yang ada hanyalah hukuman yang di kenakan kepada pesalah berdasarkan system keadilan yang sedia ada.

Bagi mereka yang bebas daripada kesalahan, tidak mendapat apa-apa ganjaran di dunia. Apa yang perlu adalah wujudnya kefahaman bahawa mereka akan tetap mendapat ganjaran di akhirat.

Syiekh Jamaluddin Al-Afghani berkata, “Tidak cukup untuk kita menghukum pesalah semata-mata kerana di sana masaih ada yang rosak dalaman mereka sehingga sanggup menipu, melakukan maksiat, hasad dengki, penganiayaan dan banyak kerosakkan di muka bumi ini. Terkadang ia tidak dapat di kesan dan mereka terselamat daripada hukuman dunia.”

Dr. Abdullah Darraz dalam bukunya ADDIN menyebut. “Tiada kehidupan dalam mesyarakat yang hanya menumpukan kebaikkan pada zahir tanpa menghiraukan urusan jiwa yg tersembunyi.”

Allah SWT berfirman. “Mereka hanya mengetahui perkara zahir yang nyata daripada kehidupan dunia dan mereka tidak pernah ingat hendak mengambil tahu mengenai hari akhirat.”Surah Ar-rum ayat 7.

Ini contoh mereka yang hanya memandang dari sudut duniawi semata-mata tanpa melihat ganjaran pahala yang di sediakan Allah SWT. Sifat ini hanya akan merugikan seseorang kerana habuan dunia yang hanyalah bersifat sementara.

Imam Ghazali meletakkan empat asas utama sifat mulia di sisi Allah SWT iaitu;
1   1.  Kebijaksanaan yang dapat membezakan benar dan salah
2   2.  Keberanian menahan atau mengarahkan kemarahan dengan menggunakan akal
3   3.  Kebersihan jiwa bagi menahan keinginan menahan syahwat dengan mendidiknya           untuk tunduk kepada akal  dan syarak.
4   4.   Keadilan iaitu kekuatan jiwa yang boleh mengatasi sifat marah dan keinginan syahwat lalu membimbingnya kearah kebijaksanaan.

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang kasihkan dunia, maka dia membahayakan akhiratnya dan siapa yang kasihkan akhiratnya maka dia membahayakan dunianya. Justeru itu, ingatlah utamakan sesuatu yang kekal(akhirat) daripada yang akan rosak binasa(dunia)”- Riwayat Ahmad bin Hakim

Jika di perhatikan maksud kasih di sini ialah cenderung dan gemar terhadap dunia, bukanlah meninggalkan dunia secara keseluruhan kerana kita di tuntut untuk mendapatkan kedua-duanya.

Firman Allah SWT, “Katakanlah wahai Muhammad; Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.”Surah Ghafir, ayat 39

Hati dan jiwa dalaman adalah pusat yang mengerakkan tubuh untuk melakukan kebaikkan. Hati adalah perkara yang utama untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi SAW menganggapnya sebagai perkara utama dalam diri manusia, jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota manusia.


Allah SWT berfirman bermaksud, “Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikkan) . Dan sesungguhnya rugilah orang yang menjadikan dirinya yg sedia bersih itu susut dan terbenam kebersihannya”  Surah Asy-Syams, ayat 9-10  -

Manusia bergerak melalui urusan dalaman jiwa berteraskan agama yang mana terletaknya kekuatan sebenar. Kekuatan ini akan mencetuskan disiplin kuat untuk melaksanakan undang-undang, seterusnya merealisasikan matlamat di ciptakan undang-undang itu.

Undang-undang yang baik akan berkesan jika manusia bertindak mengikut landasan agama. Iman al-Ghazali berkata, “Saya hairan dengan manusia yang sangat mengutamakan kebersihan dan keindahan tubuh, sedangkan hatinya tidak mereka bersihkan daripada kekotoran batin.”

Firman Allah SWT  , “Demi diri manusia dan yang akan menyempurnakan kejadiannya(dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya.  Serta mengilhamkannya(untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertakwa. Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikkan) . Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya yg sedia bersih itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat/kejahatan)” Surah asy-Syams, ayat 7-10 –

Jumaat, 22 Mac 2013

Kembalikan Melayu Kepada Akar Kegemilangan


Menelusuri sejarah moden  tamadun manusia, kita akan bertemu dengan beberapa peristiwa yang mencabar institusi rasional kita. Kekejam ALDOF HILTER dalam mengarahkan pembunuhan beramai-ramai bangsa Yahudi dedalangan menggunakan gas beracun dalam peristiwa HOLOCAUST, kegilaan SLOBODAN MILOSEVIC dalam kempen pembersihan etnik Bosnia oleh bangsa Serbia d dan Croatia, keganasan rejim Zionis yang mengebom dan memusnahkan khemah pelarian di Sabra dan Shatilla tanpa mengenal usia dan jantina dan yang terbaru pengusiran etnik Rohingya dari Myanmar hanya kerana keturunan dan agama.
Tercetusnya Perang Dunia Kedua juga di latari oleh perjuangan bangsa. Bangsa Jepun contohnya, mahu merealisasikan cita-cita ingin menjandi bangsa yang agung dan mampu menguasai Asia.
Bangsa Aryan yang di tindas oleh Yahudi di Jerman di tiup semangat juang oleh Hitler membela dan membalas dendam terhadap kekejaman yang di lakukan oleh bangsa Yahudi dengan pendekatan di luar batasan kemanusiaan.
Persoalannya, adakah ini yg di namakan perjuangan bangsa..? Membalas dendam, menghalau, menyingki r, membunuh, memusnah dan mencurigai mereka yang tidak sebangsa dengan kita..? Menakluk, perluasan sempadan Negara, memperhamba dan melakukan sewenang-wenangnya hanya dengan semangat kebangsaan tanpa mengira nilai kemanusiaan.. Adakah ini yang di namakan perjuangan bangsa..??
Dari sudut yang lain, hakikat kewujudan bangsa kita mestii di terima seutuhnya. Ini di tegaskan dalam al-Quran mengenai hakikat kelahiran manusia di muka bumi ini menerusi konsep bangsa. Setiap manusia yg lahir pasti mempunyai leluhur yang berkaitan dengan bangsa. Bangsa silih berganti. Ada bangsa yang sudah pun pupus dan di gantikan dengan bangsa yang lain. Keadaan ini akan berterusan sehingga hari kiamat.
Kita juga akan dapati nabi-nabi yang di lahirkan dikaitkan dengan bangsa seperti kaum A`ad, Tsamud, Israil dan pelbagai lagi. Ini menunjukkan kewujudan bangsa adalah satu fitrah dan hakikat yang mesti di terima oleh setiap daripada kita. Namun, ini bukanlah alas an untuk kita memperjuangkan bangsa tanpa batasan. Lesen untuk melakukan penganiayaan atas nama keagungan bangsa, sebab untuk membalas dendam semahunya, melakukan penipuan atas nama kepentingan bangsa dan seumpamanya.
Satu fenomena yg menarik berlaku apabila bangsa Tartar menakluki Kerajaan Abassiyah. Dengan strategi perang yang hebat dan sistematik, Kerajaan Abassiyah yang mempunyai segala ketinggian teknologi dan pengetahuan saintifik, tumbang di serang oleh satu bangsa barbar yang ganas dan jahil. Rupa-rupanya penaklukkan itu atau secara khususnya Baghdad membuka ruang interaksi antara kaum.
Ia juga sekaligus membuka ruang dan peluang dakwah yang akhirnya membawa kepada pengislaman bangsa Tartar tanpa mengurangi kehebatan bangsa berkenaan.
Begitu juga dengan ketundukkan bangsa Jerman terhadap nilai dan falsafah Romawi. Walaupun Imperaturia Romawi ditakluki secara fizikal oleh bangsa Jerman, akhirnya bangsa Jerman ini dapat di kalahkan secara maknawi apabila terpaksa akur dengan falsafah dan kebudayaan Romawi ketika itu.
Daripada catatan ini, kita mendapati perjuangan bangsa bukan di lambing dengan penganiayaan dan pemerasan bangsa lain. Ia adalah perjuangan membentuk nilai bangsa. Nilai bangsa yang unggul akan memelihara keagungan sesebuah bangsa.
Oleh itu, dalam berdepan Pilihan Raya Umum ke-13(PRU-13), orang  Melayu perlu kembali kepada akar kegemilangan bangsa. Bangsa Melayu di bina seutuhnya menerusi penghayatan nilai rabbani yang hakiki.
Inilah yang memartabatkan bangsa Melayu sehingga di hormati oleh bangsa lain. Bangsa Melayu di percayai amanah dan jujur. Ikhlas dan telus. Adil dan sederhana sehingga di yakini untuk menjadi tempat berpaut dan berlindung bangsa lain.
Kita mesti berhati-hati dengan tiupan semangat bangsa yang melulu. Ia bukan sahaja menghancurkan bangsa tetapi memusnahkan Negara. Bangsa kita akan selamat dan di pelihara Allah SWT jika berada dalam tangan pemimpin yang sentiasa menghayati nilai rabbani ini. “TAKKAN MELAYU HILANG DI DUNIA” pesanan Laksamana Hang Tuag akan terbukti dengan terbinanya Melayu di atas nilai yang hakiki.




Rabu, 20 Mac 2013

Cara Bicara Rasulullah SAW


“Rasulullah saw. tidak berbicara cepat sebagaimana kalian. Tetapi beliau berbicara dengan kata-kata yang jelas dan tegas. Orang yang duduk bersamanya akan dapat menghafal (kata-katanya)
(Diriwayatkan oleh Humaid bin Mas’adah al Bashriyyi, dari Humaid al Aswad, dari Usamah bin Zaid, dari Zuhri, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
“Rasulullah saw. suka mengulang kata-kata yang diucapkannya sebanyak tiga kali agar dapat dipahami.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Abu Qutaibah –Muslim bin Qutaibah-. dari `Abdullah bin al Mutsani, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
§  CARA RASULULLAH SAW TERTAWA
“Betis Rasulullah saw kecil (tidak gemuk). Beliau tidak tertawa kecuali tersenyum.Bila aku memandangkepadanya, aku berkata (dalam hati); “Betapa hitam pelupuk matanya, padahal tidak dihitami.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari `Abbad bin al `Awwam, dari al Hajjaj –Ibnu Arthah-*, dari Simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)
• Al Hajjaj (Ibnu Arthah) didla’ifkan oleh jamaah “Tiadalah tertawa Rasulullah saw kecuali tersenyum.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Khalid al Khilal, dari Yahya bin Ishaq, as Sailihani, dari Laits bin Sa’id, dari Yazid bin Abi Habib, yang bersumber dari`Abdullah bin al Harits r.a)
§  MINYAK WANGI RASULULLAH SAW
“Rasulullah saw. bersabda :”Wewangian laki-laki ialah yang harum baunya dan tersembunyi warnanya. Sedangkan wewangian wanita ialah yang cemerlang warnanya dan tersembunyi baunya.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud al Hafariyyi, dari Sufyan, dari al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari seseorang*, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
• Dalam riwayat lain yang juga bersumber dari Abu Hurairah r.a., sanadnya adalah:Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Isma’il bin Ibrahim, dari al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari at Thawafi, yang bersumber dari Abu hurairah r.a.
§  KELAKAR RASULULLAH SAW
“Sesungguhnya Rasulullah saw. bergaul akrab dengan kami, sehingga beliau bersabda kepada adikku yang masih kecil :”Wahai Abu `Umair (bapak Umair), apa yang dapat dikerjakan burung sekecil itu?”(Diriwayatkan oleh Hannad bin asSariyyi, dari Waki’, dari Syu’bah, dari Abit Tayyah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
• Ia adalah saudara seibu Anas bin Malik r.a., namanya adalah Ibnu Abi Thalhah Zaid bin Sahl al Anshari, sedangkan ibu bagi keduanya adalah Ummu Sulaim binti Malhan. Ibnu Abi Thalhah (Abu `Umair) wafat sewaktu masih kecil yakni dimasa Nabi saw. masih hidup.
• Imam Tirmidzi berkata :” Maksud Hadist ini, Rasulullah saw. bergurau. Di dalam pergurauannya, beliau memberi gelar kepad seorang anak kecil dengan sebutan bapak:”Wahai Abu `Umair (Wahai bapak `Umair). Pada hadist inipun terdapat suatu hukum,bahwa memberi mainan kepada anak-anak berupa burung tidak apa-apa. Nabi saw.
bersabda: “Wahai Abu `Umair apa yang dapat dikerjakan oleh burung sekecil itu ?”Maksudnya adalah : Anak kecil itu mempunyai burung kecil sebagai mainannya. Kemudian burung itu mati , maka anak tersebut berduka cita karenanya. Untuk mengobati dukanya Nabi saw bersenda gurau kepadanya.
“Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah! apakah Anda suka bergurau kepada kami?” Beliau bersabda : “Benar! Hanya saja apa yang kukatakan, tidak lain hanyalah kebenaran.”(Diriwayatkan oleh `Abbas bin Muhammad ad Duri, dari `Ali bin al Hassan bin Syaqiq, dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Usamah Ibnu Zaid, dari Sa’id al Maqbari, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
§  SYI’IR YANG DIBACA RASULULLAH SAW
Aisyah r.a. bertanya :”Apakah Rasulullah saw. pernah membaca syi’ir?” Ia menjawab : “Beliau pernah membaca Syi’ir Ibnu Rawahah r.a.dan juga pernah membaca syi’ir yang berbunyi: “Berita-berita akan datang kepadamu Dibawa oleh orang yang tak kau beri bekal.”(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Syarik, dari al Miqdambin Syuraih, dari bapaknya,yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
• Permulaan baitnya berbunyi: Hari demi hari akan menyingkap kejelasan bagimu. Walau kau sebelumnya tidak tahu.
Rasulullah saw. bersabda :”Syi’ir yang terbaik (paling benar) yang pernah dibacakan seorang penya’ir adalah Syi’ir Labid* (bin Abi Rabi’ah al Amiri), yang berbunyi: “Ingat! Segala sesuatu selain Allah pasti binasa.” Dan hampir saja Ummayah bin Abis Shalt* menjadi muslim (karena syi’ir-syi’irnya) .”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan as Tsauri, dari `Abdul Malik bin`Umair,dari Abu Salamah,yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
• Pada masa jahiliyah, Labid adalah seorang yang mulia demikian pula setelah ia masuk Islam. Ia merupakan penyair Arab yang terkenal saat itu. Namun setelah turun ayat-ayat Al-Qur’an ia berhenti membuat syi’ir dan ia hanya mencukupkan dengan al-Qur’an saja. Ia wafat pada tahun 41 H pada usia 140 tahun.
• Tentang Ummayah bin Abis Shalt, Rasulullah pernah bersabda: “Syi’irnya beriman, namun hatinya tetap kafir.”
“Aku pernah berada di belakang Nabi saw. (dibonceng), kepadanya kubacakan seratus qafiah (sajak) Syi’ir gubahanUmmayah bin Abis Shalt as Tsaqaf.Manakala kubacakan kepadanya sebait syi’ir, Nabi saw. bersabda : “Tambahkan lagi!” Sehingga kepadanya kubacakan seratus bait syi’ir, kemudian Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya Ummayah itu hampir saja menjadi muslim.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Marwan bin Mu’awiyah*, dari `Abdullah bin `Abdurrahman at Thaifi, dari `Amr bin Syarid, yang bersumber dari ayahnya)
• Marwan bin Mu’awiyah bin Harits al kufi, ia dinyatakan tsiqat oleh jamaah. ia wafat tahun 193 H.
“Rasulullah saw. meletakkan mimbar untuk Hasan bin Tsabit di dalam masjid agar ia bersyi’ir yang membesarkan hati Rasulullah saaw., atau (perawi ragu) agar ia mempertahankan Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah swt. menolong Hasan lewat Jibril tatkala ia mempertahankan (atau membesarkan hati) Rasulullah saw. (dengan syi’irnya)” (Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Fazari, dan diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr (semakna), keduanya menerima dari `Abdurrahman bin Zinad, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya (`Urwah), yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

Selasa, 5 Mac 2013

Petua Lembutkan Hati Anak, Isteri atau Suami



1. Semasa anak, isteri atau suami sedang tidur inilah waktu yang paling sesuai terutamanya di waktu dua pertiga malam, kerana minda ‘bawah sedarnya’ (subconscius mind) adalah paling optimum ketika ini. Yang tidur hanyalah conscius mind (minda sedar).

2. Sentuhkan ibu jari anda ke langit-langit dan kemudian sentuhlah dengan halus ibu jari anda ke ubun-ubun orang yang ingin anda nasihati.

3. Semasa ibu jari di atas ubun-ubun, selawatlah ke atas junjungan Nabi Muhammad dan bacalah surah al Fatihah. Kemudian terus dengan berzikir di dalam hati dan jangan putuskan zikir anda.

4. Angkat ibu jari anda atau kalau boleh janganlah diputuskan zikir di dalam hati dan bercakaplah dengan suara yang agak perlahan agar tidak sampai mengejutkanya. Beritahulah apa yang ingin anda beritahunya. Kebiasaannya nasihatinya agar tidak selalu melewatkan solat, banyakkan berselawat, banyak bersabar, atau apa sahaja. Nasihatilah orang yang anda sayangi dengan apa sahaja nasihat yang anda inginkan. Jangan putuskan zikir anda, supaya zikir itu masuk bersama dengan nasihat anda.

5. Anda akan dapat melihat reaksi yang dia sedang menerima pernyataan anda iaitu kelopak matanya bergerak-gerak. Insha Allah anda akan berjaya dengan kaedah ini dengan pertolongan Allah SWT.

Pernah di zaman Imam Abu Hanifah (Hanafi An Nu'man), seseorang pernah bertanya kepada bapa Imam Abu Hanifah. "Tuan, bagaimanakah tuan mendidik Hanafi sehingga begini istimewa jadinya. Jawab bapa Imam Abu Hanifah "saya didik Hanafi 40 tahun sebelum dia dilahirkan". Kalau didengar pernyataan ini tentu aneh bagi kita bukan. Bagaimana mungkin manusia yang belum dilahirkan sudah dididik. Namun apa yang ingin disampaikan oleh Tsabit (bapa Imam Abu Hanifah) ialah dia sendiri telah diasuh, manakala isterinya juga sudah dididik dan Hanafi sendiri sudah dididik sejak dari kandungan lagi.

Mengikut logik akal, acuan yang bulat mana mungkin menghasilkan kuih segi empat. Begitu juga dengan anak dan isteri kita. Mereka adalah cermin kepada diri kita sendiri.

Khamis, 28 Februari 2013

Dr Yusuf Qardhawi mendhaifkan hadis sahih Muslim..??



Penulisan ini tidaklah sehebat tinta dari rakan seperjuangan sahabat saya, berbekalkan sedikit ilmu yang sudah pastinya tidaklah sehebat mana, sahabat saya terpanggil untuk menyambung atau meneruskan perbincangan mengenai perkara tajuk iaitu Dr Yusuf Qardhawi mendhaifkan hadis sahih Muslim berkenaan "taat pemerintah walau dipukul punggung (belakang) dan merampas harta" selain sama dengan pendapat Syaikh Mustafa al-`Adawiy ia juga sama dengan pendapat al-`Allamah Dr. Yusuf al-Qaradhawi

Dr. Yusof Al-Qaradawi berkata: boleh berhimpun untuk menentang mungkar. Dan golongan ulama di dalam PAS memakai kaedah Dr Yusuf Qardhawi ini. Artikel blog ini bertajuk Dr Yusuf Qardhawi mendhaifkan hadis sahih Muslim?
ini menerangkan kaedah bagaimana Dr Yusuf Qardhawi menghalalkan mengguling pemerintah Ahlu Sunnah. Kita perlu bersabar, dan jangan terus gopoh menghina ulama. Kita harus berlapang dada. Jika kita bersikap gemar menghina ulama, tidak ada bezanya kita dengan khawarij dan syiah. Malah anatar dua puak pelampau asya'irah dan puak pelampau wahabi yang saling sesat mensesatkan. Fatwa Dr Yusuf adalah berkisar dalam komuniti negara Mesir dan ia tidak terpakai di Malaysia. Kita ada Majlis Fatwa sendiri untuk hal maqasid syariah, fiqh kenegaraan dan manhaj haraki. zaman sekarang kita tidak dapat rasai zaman pemerintah merampas harta rakyat. Ia selalunya berlaku ketika zaman perang, di mana pemerintah akan merampas harta rakyat bagi menampung kos peperangan. Pada zaman aman pula, cara rampasan harta rakyat dilakukan dengan lebih baik dan bukan dengan ugutan di mana kita kenali ia sebagai kaedah kutipan cukai kerajaan. Dr Yusuf Qardhawi mengeluarkan fatwa dengan mendhaifkan hadis yang akan kita bincangkan sebentar lagi kerana ia melibatkan negara Mesir di mana ia menjadi dalil untuk menumbangkan Husni Mubarak sedangkan kita sedia maklum bahawa Husni Mubarak seorang ahlu sunnah sedangkan banyak lagi hadis lain yang sahih menceritakan kewajipan mentaati pemerintah selama mana pemerintah itu Islam, ahlu sunnah dan bersolat.

Jika pemerintah itu Syiah pula bagaimana? Dibolehkan... tetapi dengan syarat, kita wajib mengumpulkan tentera, memperkasakan tentera, aset peperangan dan kelengkapan perang yang cukup. Dengan adanya kesemua itu, maka kita dapat mempertahankan rakyat daripada menjadi mangsa pemerintah (contohnya kita lihat kegagalan persiapan perang oleh Mujahid Syria yang mengakibatkan rakyat menderita).
al-Qaradawi seorang tokoh, dia bukan nabi. Pendapatnya boleh diterima dan ditolak. Bertaklid kepada beliau dalam semua perkara bukanlah tindakan yang betul keranasetiap pendapat dinilai dengan apa yang kita faham dari al-Quran dan al-Sunnah. Yang baik diikuti, yang salah dihindari.
1. Apa hukum tentera Amerika di Qatar?
2. Apakah di Qatar dibolehkan demonstrasi bagi menentang kewujudan markas tentera Amerika.
3. Apakah di Qatar dibolehkan demonstrasi bagi menentang kewujudan markas tentera Amerika di al-‘Udayy, Qatar. Sudah tentu ia akan merumitkan keadaan beliau untuk berkata-kata.
4. Apakah Qatar negara yang lebih baik dari Malaysia?
5. Apakah ia menjalankan sistem Islam 100%?
6. Apakah ia mengikut negara acuan Rasulullah?
JIKA TIDAK MAKA MENGAPA DR QARADHAWI TIDAK PERNAH MENJENTIK AMER QATAR DAN MENYURUH RAKYATNYA DEMONSTRASI?
Baiklah, kita teruskan dengan kaedah Dr Yusuf Qardhawi yang mengisytiharkan bolehnya menggulingkan pemerintah di mana kaedah ini pernah dipakai oleh Muhammad bin Abd al-Wahhab (bermazhab Hanbali, wafat 1793 M) Pemikiran beliau ini digelar wahhabi. Sekali lagi saya jelaskan, saya bukan Wahhabi dan saya tetap menyelisihi fatwa Dr Yusuf Qardhawi ini.
Adakah Wajib Taat Pemerintah Walau Punggung (iaitu belakang) Dipukul & Harta Dirampas?

قَالَ حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا بِشَرٍّ فَجَاءَ اللَّهُ بِخَيْرٍ فَنَحْنُ فِيهِ فَهَلْ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ هَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الشَّرِّ خَيْرٌ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَهَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ كَيْفَ قَالَ يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

Hudzaifah bin Yaman berkata, "Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, dahulu saya berada dalam kejahatan, kemudian Allah menurunkan kebaikan (agama Islam) kepada kami, apakah setelah kebaikan ini timbul lagi kejahatan?" beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah kejahatan tersebut akan timbul lagi kebaikan?" beliau menjawab: "Ya." Saya bertanya lagi, "Apakah setelah kebaikan ini timbul lagi kejahatan?" beliau menjawab: "Ya." Aku bertanya, "Bagaimana hal itu?" beliau menjawab: "Setelahku nanti akan ada pemimpin yang memimpin tidak dengan petunjukku dan mengambil sunah bukan dari sunahku, lalu akan datang beberapa laki-laki yang hati mereka sebagaimana hatinya setan dalam rupa manusia." Hudzaifah berkata; saya betanya, "Wahai Rasulullah, jika hal itu menimpaku apa yang anda perintahkan kepadaku?" beliau menjawab: " Dengar dan taatlah pada pemerintah walaupun punggung (iaitu belakang)mu dipukul dan hartamu dirampas! Dengarlah dan taatilah ia.” (Riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya, no. 1847. Daruquthni melaporkan hadis ini mursal sebagaimana di dalam Syarah Imam Nawawi)

Status hadis: Sanadnya putus dan ianya adalah tambahan lafaz (ziyadah) yang Munkar iaitu Khata' (silap). Menurut Imam al-Daraqutni sanad hadis ini Mursal (iaitu putus) kerana Abu Salam Mamthur tidak pernah sama sekali mendengar dari Huzaifah. Mursal ialah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi disandarkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tanpa menyebutkan nama orang (sahabat) yang menceritakan kepadanya. Di dalam kes hadis ini, Huzaifah tidak pernah menceritakan kepada Mamthur. Baiklah, ikuti lagi penjelasan ini.

Jalur Sanad
Terdapat dua jalan iaitu:

Pertama: Hudzaifah bin Al Yaman - Rawi terputus – Mamthur - Zaid bin Sallam bin Abi Salam Mamthur - Mu'awiyah bin Salam bin Abi Salam Mamthur - Yahya bin Hassan bin Hayyan - Muhammad bin Sahal bin
'Askar

Kedua: Hudzaifah bin Al Yaman - Rawi terputus – Mamthur - Zaid bin Sallam bin Abi Salam Mamthur - Mu'awiyah bin Salam bin Abi Salam Mamthur - Yahya bin Hassan bin Hayyan - Abdullah bin 'Abdur
Rahman bin Al Fadhol bin Bihram

Mamthur seorang yang majhul/matsur iaitu tidak dikenali identitinya. Mamthur (atau digelar juga Abu Sallam Al Habasyi) adalah orang Syam yang tsiqah. Ada dua faktor hadis ini mursal iaitu:
a. Abu Abdurrahman pula berkata Abi Salam Mamthur ialah orang Habasyah atau Syam. Sedangkan Huzaifah berada di Madinah dan Kufah atau;
b. Antara Mamthur dan Huzaifah mungkin terdapat seorang lagi perawi dan kerana terputusnya perawi ini, para ulama muhadditsin mengatakan hadis ini daif kerana mursal. Itu pemahaman saya mengenai hadis ini. Perawi bernama Mamthur juga boleh ditemui di dalam Hadis Sahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad.

Zaid bin Sallam adalah anak kepada Mamthur dan beliau adalah tabiin yang tidak sempat bertemu sahabat nabi, beliau tinggal di Syam. Beliau seorang tsiqah.

Muawiyah bin Sallam pula adalah cucu Mamthur dan beliau adalah tabi’ at-tabiin, beliau merupakan perawi maqbul dan hujahnya boleh dipakai.

Abu Zakaria Yahya bin Hassan seorang yang tsiqah merupakan tabi’ at-tabiin.

Abu Bakr Muhammad bin Sahal pula tabi’in. Beliau tsiqah. Dan pada jalur kedua, Abdullah bin 'Abdur
Rahman bin Al Fadhol adalah perawi tsiqah hafiz di kalangan tabi’ul atba.

Penjelasan Ringkas
1. Di antara Mamthur dan Huzaifah terdapat seorang perawi lagi yang dikatakan tabi'in. Disebabkan faktor ini, maka kemungkinan Imam Muslim memasukkan ke dalam sahihnya (kerana salah satu kaedah metodologi Imam Muslim sendiri, akan diterangkan kemudian) wallahu a'lam. Kedua-duanya tinggal di tempat yang berasingan lagi jauh. Berkemungkinan di antara Mamthur itu juga terdapat seorang perawi yang lemah yang mungkin menambahkan ayat ini. Dan penjelasan rinci memang agak sukar bagi saya kerana guru saya juga bersikap mendiamkan diri.

2. Kedudukan Mamthur dan anaknya Zaid bin Sallam sama-sama tabiin. Hadis dari Mamthur lebih bersifat hadis turun temurun kepada keluarganya sahaja kerana hadis ini diikuti oleh cucunya Muawiyah bin Sallam.

3. Ada lebih kurang 5-6 hadis riwayat Mamthur yang digunakan Imam Muslim dan adalah mustahil Mamthur berdusta dan ada kemungkinan juga beliau berdusta apabila dilihat faktor latar belakangnya yang berasal dari seorang hamba yang dibebaskan.

Di dalam keterangan yang diperoleh, bahawasanya Imam Muslim memasukkan hadis ini kerana hendak menyampaikan sesuatu kecacatan pada hadis ini. Logiknya, ia tak sepatutnya berlaku, contohnya Imam Bukhari juga menulis sebuah kitab adabul mufrad sebagai contoh bagi mengasingkan hadis yang dhaif tetapi dengan sanad yang baik bagi tujuan yang kita sedia maklum. Jika Imam Muslim mencampuradukkan yang dhaif di dalam sahihnya, maka 'downgrade' akan berlaku sejak dulu lagi terhadap kitab sahihnya dan kemungkinan ia akan menjadi setaraf Sunan Abu Daud. Ada penjelasan yang panjang di sini yang tidak sampai kepada kita iaitu di dalam Kitab Imam Muslim seperti al-Tamyiz, Thabaqat Al-Kubra, Al-Musnad Al-Kabir dan lain-lain lagi, Imam Muslim sendiri ada menyatakan ada beritahu beberapa hadis dhaif yang beliau masukkan di dalam Kitab Sahihnya.

Metodologi Penyusunan Hadis Sahih oleh Imam Muslim
Dr. Hamzah al-Malibari di dalam Kitabnya ‘Abqariyyah Imam Muslim, Imam Muslim telah menyatakan metodologi penyusunannya antaranya membahagikan hadis-hadis marfu’ kepada tiga bahagian dan para perawi kepada tiga tabaqat (kelas) dan menjelaskan tiga bahagian hadis dan tiga tabaqat perawi-perawi. Hanya terdapat 12 hadis mu’allaq sahaja di dalam Sahih Muslim dan beliau menjadikannya sebagai mutaba’at dan syawahid (sokongan).
Imam Muslim mempunyai pendekatan tersendiri dalam memperkenalkan perawi yang disebutkan dalam sanadnya oleh gurunya tanpa nama bapa atau nisbah dan ini akan menimbulkan kesamaran dalam menentukan siapakah perawi yang dimaksudkan itu. Sekiranya perawi itu disebutkan binnya maka beliau akan menjelaskan dengan gaya penerangan bukan cara memasukkan terus sehingga dianggap itulah yang disebutkan oleh gurunya.

Kenapa Berlaku Kecacatan Hadis Ini?
1. Hadis ini mursal dengan isnad munqathi (terputus).
2. Ayat “walaupun punggung (iaitu belakang)mu dipukul dan hartamu dirampas” inilah yang mencacatkan hadis ini dan jika kita lihat kaedah penyusunan, ia telah didahulukan dengan hadis yang menyangkal kezaliman pemerintah antaranya dalam tajuk “Keutamaan Imam Yang Adil (فضيلة الإمام العادل وعقوبة الجائر والحث على الرفق) terlebih dahulu. Ketaatan kepada pemimpin adalah wajib selagi mana pemimpin itu Islam dan mematuhi syariat Allah berdasarkan hadis yang lain.
3. Sedangkan wajib ke atas seseorang Muslim untuk mempertahankan harta dan kehormatan serta maruahnya, dan sekiranya dia dibunuh (ketika mempertahankan harta dan kehormatan serta maruahnya) maka dia mati syahid.

Walau bagaimanapun, hadis lafaz Abu Daud, Ahmad dan al-Hakim pula disahihkan Zahabi dan Albani yang berbunyi:

فَإِنْ كَانَ لِلَّهِ يَوْمَئِذٍ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةٌ جَلَدَ ظَهْرَكَ، وَأَخَذَ مَالَكَ فَالْزَمْهُ
Jika Allah mempunyai Khalifah di bumi dan dia memukul belakangmu dan merampas hartamu, maka lazimilah dia (dikeluarkan al-Hakim dalam al-Mustadrak, Abu Daud dan Ahmad) pada isnadnya terdapat Subai’ bin Khalid (سبيع بن خالد اليشكري) dan dia adalah maqbul menurut Ibnu Hajar Al-Asqolani, Wallahu a’lam

Fatwa mengenai kedaifan hadis tersebut boleh dilihat dihttp://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=107887

Jumaat, 22 Februari 2013

Tafsiran Ringkas Surah al-Hujurat: ayat 9-12



Ayat 9. “Dan jika dua puak dari orang-orang yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara keduanya; jika salah satunya berlaku zalim terhadap yang lain, maka lawanlah puak yang zalim itu sehingga ia kembali mematuhi perintah Allah; jika ia kembali patuh maka damaikanlah di antara keduanya dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah kamu (dalam segala perkara); sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil.” Al-Hujuraat ayat 9
Sebab-sebab turun (asbabun nuzul):
Dilapurkan oleh Anas satu ketika Rasulullah (SAW) dijemput untuk melawat Abdullah bin Ubay, baginda menaiki keldainya dan diikuti oleh sekumpulan sahabat sambil berjalan. Apabila Rasulullah (SAW) menghampiri Abdullah bin Ubay beliau berada betul-betul di hadapan rombongan Rasulullah (SAW) sambil mencemuh “Jauhkan dirimu, demi Allah, bau untamu menyakitkan hidungku”, lalu salah seorang sahabat dari golongan Ansar menjawab “Demi Allah, bau unta Rasulullah (SAW) adalah lebih harum dari bau mu”. Maka pergaduhan tercetus dan turunlah ayat “Dan jika dua puak dari orang-orang yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara keduanya.” (riwayat Muslim dan Imam Ahmad).
(Nota: Abdullah bin Ubay adalah ketua golongan munafik, dan bukanlah sesuatu yang aneh untuk golongan munafik dan musyrik menggunakan lafaz “demi Allah” di zaman Jahiliyah kerana mereka masih mengakui keesaan Allah sebagai Rabb yang berbeza cuma mereka syirik terhadap Allah dalam sembahan-sembahan mereka)
Pengajaran ayat:
Ayat ke-9 ini menekankan prinsip mendamaikan dua golongan Muslim yang bergaduh atau berperang.
Langkah pertama ialah kedua pihak yang berperang mesti menghentikan kekerasan ke atas satu sama lain. Siapa yang memulakan kekerasan tidak penting, apa yang penting perdamaian dan persefahaman harus segera dicapai.
Langkah kedua, jika satu pihak berkeras untuk berperang dan tidak mahukan penyelesaian maka pihak yang mahukan damai hendaklah disokong supaya pihak yang degil dapat ditundukkan kepada undang-undang dan ketetapan Allah (berdamai). Keutamaan menghentikan kekerasan sesama muslim adalah dari hadis Rasulullah (SAW):
“Bantulah saudaramu samada yang zalim atau dizalimi”. Seorang sahabat Anas r.a. terkejut lalu bertanya “Wahai Rasulullah, membantu yang dizalimi itu jelas tetapi bagaimana kami membantu mereka yang zalim?” Rasulullah (SAW) menjawab “Bantulah dia dengan menghentikannya dari menzalimi” (riwayat Bukhari dan Muslim)
Langkah ketiga, apabila pihak yang degil sudah berjaya ditundukkan, maka rundingan damai bolehlah segera dibuat untuk mencari penyelesaian kepada perselisihan dan mencapai kesefahaman semula.
Ayat 10. “Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu; dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat..” Al-Hujuraat ayat 10
Sebab-sebab turun (asbabun nuzul):
Sama dengan ayat ke-9
Pengajaran ayat:
Ayat ke-10 ini adalah lanjutan kepada ayat ke-9. Ayat ini menegaskan bahawa orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara. Orang-orang yang beriman sedar bahawa konsep persaudaraan (brotherhood) dalam Islam itu penting dan adalah sesuatu yang ‘integral’ kepada kekuatan ummah. Ikatan persaudaraan dalam Islam haruslah diutamakan dan kedudukannya mestilah di atas ikatan-ikatan lainnya.
Ikatan persaudaraan dalam Islam adalah yang terbaik sifatnya yang merangkumi aspek kasih-sayang, tolong-menolong tanpa diskriminasi kelas, pangkat dan kedudukan juga tanpa tipu-menipu dan tindas-menindas.
Sabda Rasulullah (SAW) dalam beberapa buah hadis Baginda (SAW) mengenai persaudaraan:
Tolong menolong:

“Allah membantu hambaNya selama mana dia membantu saudaranya” (riwayat Muslim).
Dari Abu Musa Al-Asha’ri, Rasulullah (SAW) bersabda “Orang beriman itu ibarat sebuah bangunan, setiap satu menyokong yang lainnya” (riwayat Bukhari dan Muslim)
Kasih-sayang:
Dari Anas bin Malik, Rasulullah (SAW) bersabda “Tidak beriman (dengan iman yang sempurna) sesiapa di antara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya” (riwayat Bukhari dan Muslim).
Tidak tindas-menindas:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah (SAW) bersabda “Sesiapa yang menipu kita adalah bukan di kalangan kita (muslim yang benar beriman)” (riwayat Muslim).
Tidak berlama-lama dalam perselisihan faham:

Dari Abu Ayub Al-Ansari bahawa Rasulullah (SAW) bersabda: “Tidak boleh seorang muslim itu memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga malam dengan berpaling daripadanya bila bertemu, sesungguhnya yang terbaik antara keduanya adalah yang dahulu memberi salam” (riwayat Bukhari dan Muslim).
Ayat 11. “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sesuatu puak (dari kaum lelaki) nencemuh dan merendah-rendahkan puak lelaki yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah pula sesuatu puak dari kaum perempuan mencemuh dan merendah-rendahkan puak perempuan yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka; dan janganlah setengah kamu menyatakan keaiban setengahnya yang lain; dan janganlah pula kamu panggil-memanggil antara satu dengan yang lain dengan gelaran yang buruk. (Larangan-larangan yang tersebut menyebabkan orang yang melakukannya menjadi fasik, maka) amatlah buruknya sebutan nama fasik (kepada seseorang) sesudah ia beriman. Dan (ingatlah), sesiapa yang tidak bertaubat (daripada perbuatan fasiknya) maka merekalah orang-orang yang zalim.” Al-Hujuraat ayat 11

Sebab-sebab turun (asbabun nuzul):
Sebab turunnya bahagian awal ayat ini ialah bila sekumpulan sahabat dari bani Tamim mempersendakan Bilal, Salman dan Ammar yang kesemuanya adalah bekas hamba. Dalam ayat ini Allah (SWT) menegaskan kepada orang beriman bahawa di sisi Allah (SWT) Bilal, Salman dan Ammar adalah lebih mulia dari golongan yang mempersendakan mereka. Allah (SWT) tidak memandang asal keturunan mereka tapi pengorbanan mereka untuk agama-Nya.
Sebab turunnya bahagian “…dan janganlah pula kamu panggil-memanggil antara satu dengan yang lain dengan gelaran yang buruk” dalam ayat ke-11 ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadis yang dilapurkan oleh Abu Jubayrah ibn Ad-Dahhaak di mana satu ketika Rasulullah (SAW) pernah memanggil seorang sahabat dengan nama yang biasa beliau dipanggil, maka beberapa sahabat yang lain memberitahu Rasulullah (SAW) sebenarnya sahabat yang dipanggil itu tidak berapa menyukai panggilan tersebut. Maka bahagian ayat ini pun diturunkan tidak lama kemudian. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud.
Pengajaran ayat:
Dalam ayat ke-11 ini Allah (SWT) menetapkan dua larangan dalam konsep persaudaraan dalam Islam.
1. Janganlah memandang rendah kerana sifat ini lahir dari perasaan riya’ dan ujub (bangga dan sombong serta menilai diri lebih tinggi dari orang lain dari sudut harta, pangkat, ilmu dan sebagainya). Namun begitu ada riya’ dan bangga diri yang dibenarkan iaitu bangga menganuti agama Islam dan mendokong segala prinsip dan syariat Islam dan berasa ujub (superior) dengan lengkap dan syumulnya Islam berbanding dengan agama yang lain, dan tidak merasa malu-malu atau rendah-diri mengenainya. Inilah bangga diri yang dibenarkan dan digalakkan.
2. Janganlah mengamalkan tabiat gemar mempersendakan orang lain. Termasuk empersendakan ialah menghina, memalukan, melekehkan, mengutuk, mencaci dan seumpamanya. Tabiat memannggil dengan panggilan yang buruk, ‘character assassination’ dan sebagainya sudah menjadi lumrah dalam suasana hidup zaman sekarang. Tidak mustahil kalau ianya berjaya dibuang dalam kehidupan sehari-hari maka tidak banyaklah benda yang hendak dicakap atau dituliskan.
Beberapa buah hadis Rasulullah (SAW) sebagai pesanan:

Dilapurkan oleh Saalim berkata ayahnya bahawa Nabi (SAW) bersabda “Sesiapa yang menutup aib saudara muslimnya maka Allah akan menutup aibnya di akhirat” (riwayat Tirmizi disahihkan oleh Al-Albani).
Dilapurkan oleh Abu Hurairah bahawa Rasulullah (SAW) “Seorang muslim itu ibarat cermin kepada yang lainnya, bila dia melihat sebarang kekotoran maka segera dia menyapunya” (riwayat Tirmizi dan Abu Daud).
Ayat 12. “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.” Al-Hujuraat ayat 12
Sebab-sebab turun (asbabun nuzul):
Sebagai lanjutan kepada ayat ke-11
Pengajaran ayat:
Dalam ayat ke-12 ini Allah (SWT) menetapkan satu lagi larangan dalam konsep pembinaan persaudaraan dalam Islam. Dua larangan awal dalam ayat ke-11 adalah berbentuk zahir berbeza dengan sifat prasangka dan mengintip-intip dalam ayat ke-12 yang bersifat tersembunyi.
3. Ayat dimulakan dengan larangan Allah (SWT) terhadap sifat bersangka-sangka (dengan persangkaan buruk – su’ul dzan). Persaudaraan yang kukuh mustahil dapat dibentuk kalau wujudnya sikap bersangka-sangka buruk terhadap satu sama lain. Dari Abu Hurairah, Rasulullah (SAW) bersabda “Jauhilah bersangka-sangka kerana ianya satu penipuan dalam berkata-kata” (riwayat Bukhari, Muslim dan Abu Daud). Syak wasangka yang dizahirkan dengan ucapan mudah tergelincir kepada fitnah dan mengumpat (ghibah). Dapatlah disimpulkan bahawa keburukan fitnah dan mengumpat (ghibah) itu sebenarnya adalah berakar umbi dari sifat-sifat syak-wasangka.

Seorang Islam yang beriman seharusnya tidak menzahirkan sebarang anngapan buruk terhadap saudaranya sebagaimana pesan sebuah hadis dari Rasulullah (SAW) yang dilapurkan oleh Abu Hurairah “Allah (SWT) tidak akan melihat niat buruk seseorang itu sehinggalah dia menyuarakannya atau melakukannya”. (riwayat Bukhari dan Muslim).
Dilapurkan, berkata Umar Al-Khattab “Bila saudaramu berkata sesuatu yang mencurigakan, fikirkanlah tentang yang baik-baik sahaja dan engkau akan mendapat penjelasan yang baik-baik juga” (riwayat Ibnu Katsir dan Imam Malik)
Ayat ke-12 ini diakhiri dengan larangan mengumpat (ghibah, berbicara buruk) yang lahir dari perasaan syak-wasangka. Perbuatan ghibah ini adalah antara faktor utama yang meruntuhkan persaudaraan (ukhwah) sesama Islam. Rasulullah (SAW) pernah ditanya “Wahai Rasulullah, apa sebenarnya Ghibah itu?” Rasulullah (SAW) menjawab, “Iaitu berkata sesuatu tentang saudaramu yang dia tidak suka”, ditanya lagi “Bagaimana kalau ianya benar?” Rasulullah (SAW) menjawab “Sekiranya apa yang kau katakan itu benar engkau telah melakukan ghibah dan sekiranya tidak engkau telah melakukan fitnah”.
AlhamduliLlah, sekian saja tafsir ringkas untuk ayat 9-12 dari surah Al-Hujuurat, semoga ada manfaat untuk yang bertanya dan warga fikrah lainnya.
Sumber : Tafseer Soorah Al-Hujuraat, Abu Ameenah Bilal Philips,
Tawheed Publications, Riyadh.

nuffnang